Ranah Auto – Di tengah derasnya arus elektrifikasi dan tren mobil masa depan, kabar mengejutkan datang dari dunia otomotif Jepang. Mazda secara resmi menghentikan produksi Mazda 6, baik varian sedan maupun wagon, sejak tahun 2024. Sebuah keputusan yang menandai akhir dari perjalanan panjang salah satu model paling ikonik dalam sejarah Mazda. Namun, kisah mobil Mazda satu ini ternyata belum benar-benar berakhir, setidaknya tidak di Indonesia. Di Tanah Air, mobil ini masih tetap hadir di showroom, seolah menolak untuk dilupakan begitu saja.
“Baca juga: Strategi BMW dan Mercedes-Benz Hadapi Penghapusan Bea Masuk Mobil Eropa di Indonesia“
Mazda 6 pertama kali diluncurkan pada tahun 2002 sebagai penerus Mazda 626. Sejak saat itu, mobil ini langsung memikat hati banyak pecinta otomotif berkat desainnya yang elegan, handling presisi, serta performa mesin yang responsif. Dalam perjalanannya, mobil ini telah melalui empat generasi pembaruan, masing-masing membawa identitas khas Kodo Design yang menekankan keindahan dalam kesederhanaan. Model ini bahkan sempat menjadi simbol kematangan desain Mazda yang menempatkan estetika sejajar dengan performa. Kini, setelah lebih dari dua dekade menemani para penggemar setianya, mobil ini akhirnya resmi berhenti diproduksi di negara asalnya.
Meski produksinya telah berhenti di Jepang, kabar baik datang bagi penggemar Mazda di Indonesia. Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), Ricky Thio, menegaskan bahwa Mazda 6 masih tersedia untuk pasar domestik. “Selama model tersebut masih tercantum di situs resmi Mazda Indonesia, berarti masih bisa dibeli,” ujarnya di Jakarta Selatan pada 8 Oktober 2025. Pernyataan ini menjadi angin segar bagi para pecinta sedan elegan, karena stok mobil ini, baik versi sedan maupun estate, masih dapat ditemukan di diler resmi dengan harga Rp716,6 juta untuk varian sedan dan Rp737,7 juta untuk versi estate.
Salah satu alasan mengapa monil ini tetap diminati adalah karakter desainnya yang sleek, berkelas, namun tetap sporty. Dari generasi ke generasi, Mazda berhasil menjaga keseimbangan antara kemewahan dan ketegasan. Garis bodinya yang tegas, proporsi aerodinamis, serta interior premium menciptakan pengalaman berkendara yang memadukan kenyamanan dan sensasi dinamis. Ricky Thio sendiri mengakui bahwa permintaan untuk mobil ini masih cukup besar karena banyak konsumen jatuh cinta pada aura elegan dan jiwa Zoom-Zoom yang melekat pada mobil ini.
Pasar sedan memang mengalami penurunan beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya popularitas SUV dan crossover. Namun, mobil ini tetap punya tempat istimewa di hati penggemarnya. Mobil ini menawarkan sesuatu yang berbeda: perpaduan rasa berkendara khas mobil sport dengan kenyamanan sedan mewah. Suspensi yang empuk namun tetap stabil, kabin senyap, serta fitur-fitur modern seperti G-Vectoring Control membuat setiap perjalanan terasa menyenangkan. Bagi sebagian orang, mobil ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan representasi gaya hidup.
Meskipun Mazda 6 sudah tidak lagi diproduksi, Ricky memberikan sinyal kuat bahwa Mazda telah menyiapkan penerusnya. Saat ditanya mengenai masa depan model ini, ia menjawab singkat namun penuh arti: “Ada penerusnya. Nanti kita akan tahu.” Kalimat tersebut menimbulkan spekulasi di kalangan penggemar bahwa penerus mobil Mazda satu ini mungkin akan hadir dalam bentuk berbeda, membawa semangat lama dalam wujud baru yang lebih modern.
“Baca juga: Ulasan Lengkap Honda BR-V E Prestige 2018: Kelebihan dan Kekurangannya“
Spekulasi semakin menguat setelah Mazda memperkenalkan Mazda EZ-6, sedan listrik yang pertama kali diperkenalkan di pasar global pada 2024. Menurut Ricky, tidak menutup kemungkinan bahwa EZ-6 akan menjadi penerus resmi Mazda 6 dan dibawa ke Indonesia di masa depan. “Bisa jadi (EZ-6 hadir di Indonesia),” ujarnya dengan nada optimis. Mobil listrik ini diyakini mengusung filosofi desain Kodo yang lebih futuristik, dipadukan dengan teknologi elektrifikasi mutakhir yang tetap mempertahankan DNA performa khas Mazda.
Bagi Mazda, beralih ke kendaraan listrik bukan sekadar mengikuti tren. Ricky menegaskan bahwa setiap mobil baru Mazda harus tetap mempertahankan karakter emosional dan filosofi Jinba Ittai, yakni harmoni antara pengemudi dan kendaraan. “Mazda adalah brand yang royal terhadap para Mazda lovers. Mobilnya boleh berubah, tapi jiwanya tidak boleh hilang,” katanya. Pernyataan ini menggambarkan tekad Mazda untuk tetap menjaga ciri khasnya, bahkan di era mobil listrik yang semakin mendominasi.
Kisah Mazda 6 mungkin sudah berakhir di jalur produksi Jepang, tetapi di hati para penggemar, mobil ini tetap hidup. Ia bukan hanya sekadar kendaraan, melainkan simbol filosofi Mazda yang memadukan seni dan teknik dalam satu wujud sempurna. Dengan kemungkinan hadirnya Mazda EZ-6 sebagai penerus, semangat mobil Mazda satu ini tampaknya akan terus berlanjut kali ini dengan tenaga listrik dan inovasi baru. Seperti pepatah lama, legenda sejati tidak pernah benar-benar berakhir, ia hanya berevolusi.